Kajian Kontemporer

Adab dan Akhlak dalam Menuntut Ilmu


2 tahun yang lalu


adab-dan-akhlak-dalam-menuntut-ilmu


Kedudukan ilmu dalam kehidupan manusia sangat luar biasa. Ilmu menjadi pembeda antara manusia dan makhluk lainnya. Manusia menjadi makhluk yang lebih unggul karena memiliki kemampuan dalam penguasaan ilmu. Derajat manusia akan terangkat disebabkan oleh ketinggian ilmu. Sementara makhluk yang lain, termasuk jin dan para malaikat, tidak diberikan ilmu seluas yang dimiliki manusia. 


Al-Qur’an mengisahkan dengan sangat indah tentang perbedaan itu. “Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama semua (benda) ini jika kamu yang benar!” Mereka menjawab, “Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui, Mahabijaksana.” Dia (Allah) berfirman, “Wahai Adam! Beritahukanlah kepada mereka nama-nama itu!” Setelah dia (Adam) menyebutkan nama-namanya, Dia berfirman, “Bukankah telah Aku katakan kepadamu bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan?” (QS Al-Baqarah: 31-32). 


Tentang keunggulan dan derajat manusia, Al-Qur’an juga memberikan informasi yang sangat jelas: “Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat” (QS Al-Mujadalah [58]: 11).  


Allah telah melimpahkan pengetahuan kepada manusia dengan sarana akal pikiran. Unsur itu telah disediakan dalam tubuh manusia. Potensi akal yang sangat hebat itu dapat digunakan untuk melakukan ekplorasi terhadap fenomena alam semesta. 


Sifat manusia senantiasa serba ingin tahu. Hasil keingintahuan dan kejelasan terhadap suatu masalah itu kemudian melahirkan pengetahuan dan berbagai macam ilmu pengetahuan. Manfaatnya menjadikan hidup lebih mudah dan kebahagiaan makin meningkat.


Kata ilmu berasal dari bahasa Arab "ilm" yang berarti memahami, mengerti, atau mengetahui. Selaras dengan pengertian tersebut, Syaikh Az Zurnuji dalam kitab yang sangat masyhur, yaitu Ta’lim Muta’allim, dijelaskan bahwa ilmu adalah suatu sifat yang dengannya dapat menjadi jelas pengertian suatu hal yang dimaksud.


Secara umum, makna ilmu berarti memahami suatu pengetahuan. Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan berkembang sangat pesat. Luasnya meliputi berbagai bidang kehidupan. 

 

Dengan berbagai ragam ilmu itu, Hujjatul Islam Imam Al Ghazali membagi dalam beberapa kriteria berdasarkan kewajiban dan sumbernya. Ilmu yang wajib diketahui.  Dalam kelompok ini, terdiri atas segala ilmu yang dapat digunakan untuk semakin mendekatkan kepada Allah. Misalnya, ilmu tauhid, yaitu ilmu yang berkaitan dengan cara-cara beribadah. Ada pula ilmu yang sifatnya fardu kifayah. Yaitu ilmu yang sangat penting untuk kehidupan manusia. Seperti ilmu kedokteran, pertanian, ekonomi, politik, fisika, matematika dan sebagainya. Jika sudah ada yang mempelajari ilmu ini, maka masyarakat lainnya tidak wajib belajar.


Sementara ilmu dari sumbernya terdiri atas dua sumber, yaitu yang berasal dari ajaran para nabi. Ilmu ini diperoleh bukan dari penggunaan akal, tetapi langsung dari Allah. Yang kedua ialah ilmu yang bersumber dari akal pikiran manusia.


Dalam pandangan Islam, seluruh ilmu hakikatnya bersumber dari Allah Dzat Yang Maha Mencipta alam raya beserta seluruh isinya. Sedangkan penggunaan ilmu itu ada ilmu yang berfungsi untuk membimbing manusia beribadah kepada Allah dan ada ilmu yang berfungsi untuk menjalankan kehidupan di muka bumi.


Dengan kemuliaan kedudukan ilmu itu, para ulama memberikan arahan dan membimbingan. Dalam mempelajari ilmu, para pencari ilmu harus mengutamakan adab dan akhlak yang baik. Ada beberapa adab yang harus diperhatikan bagi pencinta ilmu. Pertama, menata niat. Sangat penting menata niat agar dalam mencari ilmu semata-karena Allah untuk menghilangkan kebodohan serta menjaga agama Allah. 


Kedua, senantiasa mengembangkan sifat tawaduk. Tambah ilmu harus makin bijaksana, bukan malah sombong dengan ilmunya. Ketiga, memilih ilmu yang tepat dan yang disenangi. Utamakan mempelajari ilmu yang mendekatkan diri kepada Allah dan  berkaitan dengan tata cara beribadah. Selanjutnya pelajari ilmu-ilmu yang berkaitan dengan kebutuhan dunia. 


Keempat, memilih guru yang tepat. Pertimbangkan dengan baik ketika mencari guru dengan memperbanyak informasi tentang kridebilitas seorang guru. Cari referensi kepada orang yang lebih berpengalaman. Jangan sampai salah memilih guru. Di era sekarang ini masih banyak orang yang mengaku-ngaku memiliki kelebihan ilmu sepiritual, mendapatkan wangsit, atau wahyu, dan bahkan mengaku sebagai nabi. 


Kelima, sabar dan tekun dalam belajar. Sabar dalam menghadapi berbagai masalah. Juga sabar menghindari perbuatan maksiat.


Semoga dengan ikhitiar membekali diri bersemangat mencari ilmu bedasarkan adab dan akhlak yang baik akan lebih meningkatkan keimanan dan derajat kita sebagai manusia. Terlebih akan mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat. Aamiin.