LAZIS Nurul Falah

Gemar Bersedekah dan Keteladanan Nabi SAW


2 tahun yang lalu


gemar-bersedekah-dan-keteladanan-nabi-saw

Teknologi begitu canggih, sampai kita digilas oleh waktu karena gemar bermain gadget di setiap menitnya. Kebiasaan ini akan menjerumuskan kita ke dalam lubang yang menyusutkan kebaikan-kebaikan yang ada dalam diri. Nah, mari kita mengulur sejenak merenungi bagaimana bisa menjadi seperti idola kita, yakni Nabi Muhammad SAW. 

Nabi Muhammad SAW memberikan teladan dan tuntunan yang begitu mudah bagi umatnya, namun kita seringkali merasa sulit, malas, bahkan tidak mau tahu. Masya Allah sungguh terlalu kita menjadi umatnya.

Salah satu teladan beliau adalah bagaimana harta yang kita miliki menjadi berkah dengan cara mengeluarkan harta di jalan Allah SWT melalui zakat, infak, sedekah, ataupun wakaf. Rasulullah SAW mengisi hari-harinya dengan bersedekah, bahkan sedekahnya bisa diperbanyak ketika bulan Ramadhan. Di sejumlah kitab Sirah Nabawi dijelaskan bahwa Rasulullah SAW mempunyai kebiasaan bersedekah pada seorang buta yang begitu membenci beliau. Orang buta itu setiap hari selalu mencaci-maki Nabi SAW tanpa mengetahui apa sosok beliau. Sementara Rasulullah setiap hari menyuapi orang buta itu dengan tangannya sendiri. Sementara si buta tidak mengetahui sampai pada saat Rasulullah wafat baru mengetahui dan orang buta tersebut bertobat lalu memeluk Islam.

Ya Allah, keihklasan yang luar biasa mengantarkan kebaikan bukan untuk diri sendiri, tetapi orang lain akan mengikuti kebaikan itu.

Saya, Anda, dan kita semua sebagai muslim harus bisa memetik serta meneladani Rasulullah SAW dengan menjadi seorang yang dermawan, mengeluarkan harta untuk kemaslahatan di jalan Allah. Di antara kita, pasti ada yang memiliki kelebihan harta. Jangan sampai harta itu menjadi bakhil karena bakhil itu akan membawa kebinasaan. Semua ini hanya titip dari Allah SWT dan akan dimintai pertanggungjawaban. Maka, celakalah bagi orang-orang yang menghambur-hamburkan hartanya untuk kemaksiatan dan tidak mau zakat, infak, sedekah, dan wakaf.

Dalam surat at-Taubah ayat 180 dijelaskan bahwa:

وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ هُوَ خَيْرًا لَهُمْ ۖ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَهُمْ ۖ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُوا بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۗ وَلِلَّهِ مِيرَاثُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۗ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

”Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Allah SWT telah menetapkan jatah yang berhak dimiliki, ”Mereka menanyakan kepadamu tentang (pembagian) harta rampasan perang. Katakanlah, ’Harta rampasan perang itu kepunyaan Allah dan Rasul. Karena itu, bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah perhubungan di antara sesamamu dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu adalah orang-orang yang beriman’.” (QS Al-Anfal, 8:1).

Menjadi tantangan tersendiri untuk mengisi waktu-waktu yang kadang terbuang sia-sia dengan kebaikan-kebaikan yang selama mudah dilakukan, tapi lalai terlupakan. Menyiapkan yang terbaik untuk di Sedekahkan di jalan Allah, pasti akan terasa berbeda karena hartamu selanjutnya setelah sedekah akan diselimuti keberkahan yang luar biasa.