Hikmah

Khusnul Khotimah


2 tahun yang lalu


khusnul-khotimah

Kami jamaah masjid sangat berduka dengan wafatnya salah seorang pengurus inti takmir masjid. Kami sangat mengaguminya bukan hanya ramah dan dermawannya, tapi juga ketangguhan fisiknya. Beliau terhindar dalam tiga kali gelombang serangan Covid. Selama pandemi, seolah si virus lewat, enggan untuk menyentuhnya. Yang luar biasa juga adalah usaha bisnis yang ditekuninya tetap berjalan lancar, padahal rekan bisnisnya sudah banyak bertumbangan.


Kisah masa lalunya merupakan masa yang berat dan keras, penderitaan dan bahaya yang mengancam dalam kehidupan dapat dilaluinya, yang kemudian Allah SWT melabuhkan kehidupannya dalam rengkuhan jamaah masjid bersama kami. Setiap hari bertegur sapa dengan ramah dan akrab dengan kami semua, kedekatan kami seolah lebih dari sesama saudara kandung, meskipun berasal dari daerah yang beragam dan profesi yang berbeda. 


Keluarganya sudah sangat nyaman tinggal di perumahan bersama kami, rumahnya terletak dekat dengan masjid, istri dan anaknya tidak ingin lagi pindah ke perumahan lain, meskipun jika mau pindah ke perumahan kelas super premium sangat mampu untuk membelinya. 


“Saya tidak akan memperoleh suasana guyub dan nyaman seperti di sini. Ini mahal dan tidak bisa dibeli dengan harga berapapun...” Demikian ucapnya. 


Sekitar dua bulan terakhir beliau keluar masuk rumah sakit untuk mendapat perawatan intensif atas penyakit yang dideritanya. Istri bersama anak perempuan satu-satunya selalu mengantar dan menjemput ke rumah sakit. Meskipun sering diliputi kepanikan tingkat tinggi, keduanya tidak ada pilihan lain untuk melakukannya setiap saat. Kepanikan muncul bila rasa sesaknya datang dengan tiba-tiba, seketika langsung dibawa ke rumah sakit. Tetapi, karena sudah terjadi berulang kali, kepanikan tersebut lama-lama berubah menjadi kewaspadaan tingkat tinggi untuk mengantisipasi jika setiap saat sakitnya kambuh.


Kabar duka menyentak melalui speaker masjid bahwa beliau wafat, membuat kami semua terkejut. Rasa duka meliputi seluruh jamaah masjid dan warga sekitar. Allah SWT kembali membuktikan bahwa kematian seseorang adalah mutlak kekuasaan-Nya, kapan dan dengan cara apa seorang manusia akan dipanggil kembali, hanya Allah SWT saja yang berhak menentukan. 


Beberapa hari setelah dimakamkan,  istrinya menuturkan kisah yang menggetarkan, yaitu ketika beliau memperoleh izin pulang oleh dokter untuk dirawat di rumah, permintaan yang diajukan pada istrinya adalah diantar ke masjid untuk ikut shalat berjamaah. Walaupun sudah memperoleh izin pulang, tetapi secara fisik masih lemah. Untuk duduk saja, beliau harus dibantu. Tetapi, demi memuaskan hati beliau, sang istri terpaksa mendorong dengan kursi roda hingga depan belokan untuk sekadar dapat melihat masjid. Jarak antara masjid dan rumahnya tidak lebih seratus meter, hanya beda gang saja. 


“Kapan Ma, aku shalat di masjid?” Pertanyaan atau yang lebih tepat kalimat permohonan yang sering disampaikan pada istrinya setiap kali jika sudah berada di rumah.


Sambil mendengarkan penuturan istrinya, tak berhenti terus berbisik melafazkan doa “Allahummaghfirlahu warhamhu …”


Kerinduannya pada masjid meneguhkan keyakinan saya bahwa beliau adalah saudara hingga di surga karena janji Nabi kita yang mulia, Rasulullah Muhammad SAW, sangat jelas bahwa salah satu golongan yang mendapat perlindungan dari Allah SWT di yaumil akhirat adalah mereka yang hatinya selalu terpatri di masjid dan beliau telah membuktikannya. 


Maka, bila kita yang sehat masih saja terus mencari alasan untuk tidak shalat di masjid atau tidak memelihara rasa rindu pada masjid, sungguh kerugian yang sangat besar bagi siapa pun jika menyia-nyiakan kesempatan yang disediakan Allah SWT. Penyesalan yang tak terbayarkan kelak bila telah sampai pada batas waktunya. Allahumma baa’idna minan naar wa qarribna ilal jannah