Parenting

Melatih Adversity Quotient sejak Dini


3 tahun yang lalu


melatih-adversity-quotient-sejak-dini

AQ atau adversity quotient merupakan salah satu jenis kecerdasan pada seseorang yang berfokus pada cara menyelesaikan suatu masalah dan menghadapi tantangan dalam kehidupan. Kecerdasan ketahanan ini penting bagi seseorang untuk kehidupan ke depannya. Individu akan dituntut untuk mandiri dalam berbagai hal untuk mencari solusi ketika menghadapi masalah. Di situlah kemampuan AQ seseorang diuji. Tetapi, AQ perlu diasah sejak usia dini agar ketika beranjak dewasa tidak heran dengan masalah dan tantangan yang ada.

Melatih dan menyiapkan anak sejak dini agar memiliki kekuatan dan ketangguhan AQ salah satunya dengan mendidik anak sebagai ”budak” dari sekarang supaya tidak menjadi “raja”. Mendidik anak sebagai “budak”, tapi itulah esensi mendidik anak-anak sekarang ini.  

Mungkin tidak banyak yang setuju dengan fakta ini. Terutama orang tua yang melihat bahwa anak tersebut perlu diperlakukan dengan hati-hati. Ketika anak-anak sudah hidup mandiri dan jauh dari orang tua, maka kepiawaian terhadap ketrampilan diri sangat dibutuhkan.

Kita pernah melihat kejadian ketika seorang ibu sibuk bekerja di rumah seperti mencuci, mengepel, memasak, dan bahkan membereskan kamar anak. Padahal, si ibu memiliki 2-3 anak gadis duduk di depan TV atau bermain HP atau laptop di depannya. Nah, ketika mereka diminta untuk membantu, terus mengeluh, tidak mau, malas-malasan, dan beberapa alasan lainnya.

Ini lebih parah lagi, ada pula yang pergi, merajuk, dan cuek, padahal hanya karena diminta untuk menutup kran air di dapur. Uh.. Kadang sampai berteriak pun mereka tidak peduli. Bahkan, anak laki-laki pun tidak mau melakukan pekerjaan yang dilakukan anak perempuan? Nggak macho, katanya. Perasaan terbebani seperti lengket di atas lem saja.

Budaya anak menjadi “raja” semakin meluas. Untuk alasan apa? Karena mereka belum merasakan dididik menjadi “budak” sejak kecil. Banyak pasangan yang terlalu sayang kepada anak-anak. Keinginan anak-anak semua diikuti. Mereka tidak diajarkan untuk memahami kesulitan dan kesulitan orang tua mereka. Ya, orang tuanya kaya, tapi ingin anak menjadi sukses, tidak mudah.

Bila para orang tua diberi saran agar jangan memanjakan anak, inilah jawaban mereka: “Tidak apa-apa mereka masih anak-anak.” Atau “Jangan biarkan anak laki-laki mengerjakannya, seperti pelayan saja.”

Jika begini  dan itu yang terjadi alasannya, orang tua bersiaplah untuk menjadi “budak” bagi anak di masa tua.

Tidak hanya itu, ada anak yang sudah sampai menikah masih menyusahkan orang tua untuk membereskan barangnya. Hal ini banyak terjadi dan kita sendiri telah berkali-kali melihat dengan mata kepala sendiri.

Ini kenyataan. Hal ini terjadi di dunia sekarang ini. Pakaian anak dan mantu masih ibu yang mencuci. Padahal, usia lebih dari 30 tahun, mau makan pun ibu yang masak.

Anak-anak yang tidak dididik dengan melakukan pekerjaan sejak kecil, mereka akan canggung melakukannya saat mereka telah dewasa. Kalau sudah tejadi demikian, mereka melakukannya kurang tulus dan terpaksa saja. Mereka akan melakukannya hanya saat disuruh. Kita tidak ingin orang tua menghukum anaknya.

Orang tua harus sadar, mulai dari anak usia 2 tahun, mereka perlu dipelihara dan dididik menjadi “budak”. mengarahkan mereka melakukan sesuatu, kadang seperti memaksanya, padahal semua itu buat kebaikan anak di masa depannya.

 

Jangan terlalu lembut.

Jangan terlalu kasihan kepada anak-anak.

Jangan terlalu manja.

Ajari mereka banyak kerja keras sejak kecil.

Ajari mereka tentang pekerjaan rumah.

Ajari mereka arti hidup. Memupuk kesadaran di dalamnya.

Ajari anak perempuan untuk bekerja membersihkan, memasak, mencuci rumah, dan segala jenis pekerjaan rumah.

Ajari putri Anda tentang kebersihan, terutama kebersihan pribadi.

Anak laki-laki mulai terbiasa enteng tangan.

Ajarkan anak laki-laki juga untuk melakukan pekerjaan seperti berenang, memperbaiki pipa air, menebang pohon dan banyak lagi.

Jika memungkinkan, ajarkan juga apa yang anak perempuan suka memasak. Tidak ada salahnya, tapi itu akan menjadi bonus sebagai orang dewasa. Anak kita belajar dari kita. Ajarkan dan didik mereka dengan cinta tapi perlu tegas dan pastikan mereka mengikuti instruksinya. Biarkan dididik sebagai budak, jangan sampai bila mereka besar menjadi raja. Yang paling ditakuti, berubah menjadi anak durhaka, yang dibenci Allah. Naudzubillahi min dzaalik.

Bila anak tidak dididik seperti itu, kondisi tersebut akan sama seperti kondisi bunyi hadis di bawah ini yang merupakan tanda-tanda kiamat: 

Dari Ibnu Abbas, Rasulullah SAW bersabda, "Jika kamu mau, saya akan menceritakan kepadamu mengenai tanda-tanda kiamat selain itu. "Para sahabat berkata, "Tentu wahai Rasulullah, ceritakanlah padaku. "Rasulullah bersabda: "Jika kamu telah melihat budak wanita (ibunya dijadikan seperti budak) melahirkan tuannya (anak-anak dibiarkan bagaikan raja)" (HR Ahmad).

Demikianlah cara melatih  anak sejak dini untuk meningkatkan kecerdasan AQ. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam bish-shawab.