Parenting

Mengenal Perilaku Regresi


2 tahun yang lalu


mengenal-perilaku-regresi

Mngapa ya anak saya bertingkah seperti anak usia 2-3 tahun? Padahal, usianya 6 tahun. Dia sering memanggil dirinya dengan sebutan "dedek dedek", padahal tidak ada yang membahasakan anak dengan panggilan seperti itu. 


Saya memanggil setiap hari namanya. Dia lakukan seperti itu kalau di rumah. Padahal, anak saya berbicara lancar. Terus dia juga sering berjalan seperti anak yang belajar jalan. Kalau cuma sesekali sih, mungkin saya maklum, tapi ini sering, padahal dia bisa berjalan dan berlari normal. 


Dia juga sering mengepalkan dua tangannya sambil bicara seperti bayi. Saya sedih sekali!


*****

Kasus di atas adalah termasuk perilaku “regresi”. Secara psikologi, regresi didefinisikan sebagai mekanisme dengan mengembalikan ke masa-masa perkembangan yang telah dilewati, yaitu seseorang mengalami tekanan psikologis. Apabila seseorang menghadapi kesulitan atau kecemasan, perilakunya berubah menjadi kekanak-kanakan atau mundur seperti di masa lalu pada saat mengalami kenyamanan. Kondisi regresi membuat seseorang mengalami fase penurunan perkembangan.


Adapun anak regresi memiliki gejala berupa: menjerit-jerit, berguling-guling di tanah, menangis, meraung-raung, membanting-bantingkan kaki, mengisap ibu jari, mengompol, berbicara gagap, merusak barang yang ada di dekatnya karena maksudnya dihalangi atau menggunakan pola tingkah laku histeris lainnya. 


Seberat apa dan sejauh apa regresinya? Apa penyebab dari perilaku regresi? 


Ada beberapa faktor penyebab regresi. Di antaranya, individu yang bersangkutan mengalami frustrasi berat yang tidak tertanggungkan, rasa kebimbangan, rasa dongkol, serta rasa tidak mampu lalu ia ingin dihibur dan ditolong agar bisa keluar dari kesulitannya. Selain itu, regresi disebabkan kecemburuan terhadap orang lain karena seseorang merasa dinomorduakan. Perubahan perilaku seseorang dapat terjadi kapan saja apabila individu tersebut mengalami perasaan gelisah, stres, cemas, dan frustrasi sebagai cara untuk mempertahankan egonya. 


Regresi merupakan perilaku kekanak-kanakan atau tingkah laku yang tidak sesuai dengan tingkat usianya. Dari perilaku yang kekanak-kanakan tersebut mengakibatkan diri seseorang tidak bisa mandiri, bahkan tidak bisa memutuskan apa yang harus dilakukan dan tidak bisa menentukan apa yang terbaik untuk dirinya sendiri. Regresi muncul karena orang tersebut mengalami tekanan psikologis. Kondisi regresi tersebut membuat orang itu berkelakuan seperti kekanak-kanakan atau primitif. 


Berikut ini delapan contoh regresi dalam psikologi.


*1. Perubahan tingkah laku*

Kondisi regresi ini menyebabkan perkembangan perilaku secara terbalik, yaitu dari perkembangan yang lebih tinggi ke yang lebih rendah. Misalnya, orang tua yang takut menghadapi fase ketuaan melakukan regresi dengan bertingkah laku seperti anak-anak atau remaja.


*2. Kondisi stress*

Kondisi ini akan mengubah tingkah laku yang dilakukan sesorang dalam menghadapi stres. Misalnya, pengantin baru yang mengalami masalah dalam rumah tangganya biasanya lari. Stres dapat mengubah kepribadian seseorng menjadi lebih buruk. Permasalahan hidup seseorang akan berdampak stres jika orang tersebut tidak mampu mengatasinya. Namun, apabila orang tersebut mampu mengatasi permasalahan hidupnya maka orang tersebut akan menjadi lebih dewasa baik secara mental maupun pemikiran. 


*3.Bergantung pada orang lain*

Kondisi regresi ini secara tidak sadar individu mencoba berperilaku seperti anak kecil dan bergantung kepada orang lain serta tidak mau berfikir susah. Sifat yang mengganungkan orang lain ini akan berdampak buruk bagi perkembangan orang tersebut baik secara psikologis maupun fisik. Orang tersebut akan merasa tidak percaya diri dan mengurangi kemampuan secara kognitif.


*4. Tidak percaya diri*

Apabila seseorang mengalami kondisi psikologis berupa regresi maka orang tersebut tidak mempunyai sikap percaya diri terhadap kemmpuan yang dia miliki. Sikap ketidakpercayaan diri ini akan berdampak pada rasa atau sikap ketergantungan pada orang lain. Sikap rasa ketidakpercayaan terhadap orang lain akan berdampak pada ketidakmampuan dia dalam memenuhi kebutuhannya sehingga dia selalu beranggapan dia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain dan selalu tergantung pada orang lain.


*5. Mudah putus asa*

Salah satu ciri orang yang mengalami regresi adalah mudah putus asa. Kondisi ini terlihat seperti contoh regresi di atas, yaitu selalu bergantung pada orang lain dan ketidakpercayaan diri. Kondisi seperti itu memperlihatkan orang tersebut mudahnya mengalami keputusasaan dalam menghadapi setiap kegagalan, tugas, atau permasalahan hidup.


*6. Rasa minder*

Perasaan minder ini juga sering ditemui oleh para penderita regresi psikologi ini. Rasa minder ini terwujud berkat adanya ketidakpercayaan diri pada orang tersebut. Rasa minder ini yang berlangsung lama dan tanpa adanya treatment psikologi akan berdampak fatal bagi psikologi orang tersebut, yaitu berupa ketidak mauan dalam bersosial karena dia merasa tidak sama atau tidak memiliki kemampuan yang sama dengan orang lain.


*7. Mudah emosi*

Kondisi ini dialami karena orang tersebut mengalami kecemburuan terhadap orang lain. Misalnya, ketika anak yang baru mempunyai adik atau karena karena orang tuanya bercerai, maka dia merasa orang tuanya lebih sayang pada adiknya. Kondisi psikologis seperti ini akan berdampak pada perkembangan mental anak tersebut. Anak tersebut akan lebih mudah sensitif dan mudah emosi terhadap suatu hal yang di luar keinginannya.


*8. Sensitif*

Rassa ketidakpercayaan diri terhadap kemampuan diri yang berakibat pada ketergantungan terhadap orang lain menimbulkan rasa minder ketika bersosial akan berujung pada rasa sensitif yang berlebihan. Kondisi ini diperburuk dengan mudahnya emosi pada diri orang tersebut membuat dirinya merasa tidak bermanfaat baik untuk dirinya maupun untuk orang lain. Sensitivitas yang berlebihan ini apabila tidak dilakukan terapi yang tepat akan berdampak buruk bagi orang tersebut berupa stres dan trauma akut.


Dengan penjelasan di atas, kita sebagai orang tua akan mampu mencari solusi terbaik setiap permasalahan yang dihadapi putra-putrinya, terutama terkait perilaku regresi.