Kajian Kontemporer

Menyantuni Anak Yatim


2 tahun yang lalu


menyantuni-anak-yatim

Anak yatim adalah satu insan yang tercantum di dalam Al-Qur’an, misalnya terdapat di dalam surat Al-Baqarah ayat 220. Bunyinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakanlah memperbaiki keadaan mereka adalah baik”. Penjelasannya juga ada dalam surat Al-Ma’un, kalimat yatim disebut dan dikaitkan dengan kewajiban kita memperhatikan mereka, baik melindungi dengan baik secara fisik maupun mentalnya. 

Dalam bahasa Arab, yatim memiliki pengertian yaitu anak yang ditinggal wafat ayahnya dan belum mencapai level baligh.

Bisa kita rasakan dan kita pahami bahwa seorang anak yatim pastinya:

1.
Memerlukan perhatian dan belaian kasih sayang seorang ayah.

2. Membutuhkan pertimbangan, nasihat, serta arahan tentang merancang arah kehidupan dari seorang ayah.

3. Memerlukan ayah sebagai guru, terutama dalam karakter pribadinya serta uswatun hasanah dalam cara berpikir dan aspek lainnya.

4. Membutuhkan semacam perlindungan secara mental dari ayah sebagai orang dekatnya.

5. Memerlukan suasana rehat dan santai gembira dengan sang leader, yaitu ayahnya secara intens, bahkan terkadang si yatim mengatakan “seandainya ada ayah di sisiku” di saat melihat dan membandingkan dengan kondisi kawannya yang bahagia hidupnya bersama ayah. Dan masih banyak lagi hal lainnya yang dibutuhkan si yatim dengan keberadaan seorang ayah.

Ayah pada umunya adalah merupakan tulang punggung bagi suatu keluarga, terutama dalam aspek ekonomi. Karena itu, jika seorang anak ditinggal wafat sang ayah, maka keluarga diibaratkan sebagai suatu bangunan yang tidak sedemikian kokoh.

Dengan kondisi demikian, si yatim bisa diistilahkan menjadi anak yang kehilangan sandaran dalam kehidupannya. Maka, Al-Qur’an meminta kita “bantulah dan rawatlah” mereka dengan baik dan janganlah kita menambah kesusahan kepadanya dengan menghardiknya atau berlaku kasar kepadanya. Lihatlah dan rawatlah mereka dengan penuh kasih sayang sebagaimana terhadap anak kita.

Sedemikian penting dan urgen soal anak yatim ini sehingga Al-Qur’an memperhatikan dia dan meminta agar kita memeliharanya dengan baik. Bahkan, di dalam Al-Qur’an surat Al Ma’un tersebut Allah menstempel orang yang menelantarkan anak yatim sebagai pendusta agama. 

Nabi Muhammad SAW juga mengimbau kita untuk merawat anak yatim dengan baik. Beliau bersabda, "Saya dan orang yang mengasuh atau memelihara anak yatim akan berada di surga begini.” Kemudian Nabi SAW mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari tengah dan merenggangkannya sedikit. (HR Bukhari dan lainnya). Wallahu a’lam.