Kajian Al Quran

“MERAGUKAN” PENGOBATAN AL QUR’AN


2 tahun yang lalu


meragukan-pengobatan-al-quran

Tanya:

Saya dosen di sebuah perguruan tinggi, juga dokter di rumah sakit. Saya sering mendengar khatib Jumat yang menyatakan Al-Qur’an juga berfungsi untuk pengobatan fisik. Saya muslim dan saya percaya penuh Al-Qur'an. Tapi, saya belum bisa menerima pernyataan khatib itu.

Demikian, saya amat senang dan merasa tersanjung jika Bapak memberikan bimbingan saya. Jazakumullah. 

Mohamad Fathullah (nama samaran) – Jakarta Selatan 


Jawab:

Wah, senang sekali menerima pertanyaan Bapak Mohamad Fathullah. Saya juga tersanjung mendapat kepercayaan Bapak untuk memberi pencerahan dalam hal ini. Ada enam ayat Al-Qur’an yang mengandung kata yasyfi, yasyfiin, yang artinya mengobati. Juga kata syifa’ yang artinya obat. Semua kata itu terdapat dalam (1) QS. At Taubah [9]: 14), (2) QS. Yunus [10]: 57-58), (3) QS. An Nahl [16]: 69, (4) QS. Al Isra’ [17]: 82, (5) QS. As Syu’ara [26]: 80, dan (6) QS. Fusshilat [41]: 44). Baiklah, saya sajikan satu saja dari enam ayat tersebut, yaitu QS. Al Isra’ [17]: 82,

وَنُنَزِّلُ مِنَ ٱلۡقُرۡءَانِ مَا هُوَ شِفَآءٞ وَرَحۡمَةٞ لِّلۡمُؤۡمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ ٱلظَّٰلِمِينَ إِلَّا خَسَارٗا ٨٢ 

“Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an suatu yang menjadi obat (syifa’) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” 

Dalam menafsirkan kata syifa (obat) pada ayat ini, ulama ahli tafsir telah sepakat, Al-Qur’an berfungsi sebagai obat penyakit hati. Misalnya, tamak, rakus, dendam, marah, dan sebagainya. Tapi, mengenai fungsi Al-Qur’an untuk pengobatan fisik, mereka berselisih. Sebagian setuju dan sebagian lainnya menolak. Ulama di kalangan Nahdhatul Ulama (NU) memercayainya, tanpa mengesampingkan pentingnya pengobatan medis. Sejumlah ulama besar yang menjadi rujukan ulama-ulama non-NU, termasuk para ulama di Saudi Arabia juga memercayainya. Antara lain, Syekh Ibnu Taimiyah, Syekh Ibnul Qayyim Al Jauzi, dan Syekh Abdul Aziz bin Baz. Mereka juga mempraktikannya untuk pengobatan sendiri dan orang lain.  

Para ulama yang setuju bergumen, bahwa Nabi SAW pernah memberi apresiasi rombongan sahabat yang menyembuhkan kepala suku di sebuah wilayah dengan membacakan surat Al Fatihah. Nabi SAW tampak bangga mendengar laporan mereka dan mempersilakan menyembelih kambing, hadiah dari kepala suku itu untuk dimakan bersama (HR Al Bukhari dari Abu Sa’id Al Khudriyi ra).         

Bapak sudah benar, mengimani potensi Al-Qur’an untuk pengobatan hati. Tapi, menurut saya, sebaiknya Bapak juga memercayai potensi Al-Qur’an untuk pengobatan fisik, meskipun Bapak tidak bisa menjelaskannya secara ilmiah. Toh, Bapak juga telah mengimani beberapa peristiwa dalam Al-Qur’an yang wajib diimani, meskipun tak satu pun ilmuwan bisa menjelaskannya. Misalnya, perjalanan Nabi ke langit dalam Isra’ Mi’raj. Ya, itulah mukjizat Nabi. Dan, Al-Qur’an yang berpotensi untuk pengobatan fisik, juga bisa diyakini sebagai mukjizat lainnya dari Nabi melalui Al-Qur’an. Tidak semua keimanan harus berdasar pembuktian ilmiah. 

Oleh sebab itu, pada ayat-ayat pertama Al-Qur’an, Allah menyatakan, kitab ini tidak mengadung keraguan dan hanya bermanfaat bagi orang yang memercayainya. Cara beragama seperti ini berlaku pada semua agama. Semua agama memiliki dua dogma yang rasional dan suprarasional; atau yang terjangkau oleh akal dan tak terjangkau. 

Bagi seorang muslim, memercayai potensi Al-Qur’an untuk pengobatan secara fisik lebih menguntungkan secara teologis, sosiologis, dan akademis. Secara teologis, ia terbebas dari status murtad (keluar dari Islam) akibat tidak memercayai salah satu ayat Al-Qur’an. Secara sosiologis, ia tidak berbenturan, minimal menyinggung perasaan mayoritas muslim yang memercayai potensi Al-Qur’an. Secara akademis, ia semakin terangsang untuk melakukan penelitian ilmiah, sebagaimana telah dilakukan beberapa ilmuwan lainnya, dan sebagian telah mampu menjelaskannya secara ilmiah, meskipun belum maksimal.

Bismillah, lanjutkan pengabdian mulia Bapak untuk pengobatan secara medis, dan sertailah dengan ayat Al-Qur’an, minimal basmalah. Dengan cara itu, Bapak telah memadukan kekuatan langit dan bumi, kekuatan nalar dan spiritual. Insya-Allah, Allah senang, dan pasien pun senang, bahkan tersugesti. Wallahu a’lam.