Nurul Falah

Peran Tokoh Islam dalam Kemerdekaan


setahun yang lalu


peran-tokoh-islam-dalam-kemerdekaan

Dalam suasana memperingati HUT ke-78 RI pada tahun 2023 ini, sangat baik kiranya seluruh warga bangsa melakukan perenungan. Mengenang para pelaku pejuang dengan segala pengorbanan dan kegigihannya dapat mengantarkan seluruh anak bangsa sekarang ini bisa menikmati kebebasan. 

Kemerdekaan merupakan hak setiap insan, hak setiap bangsa. Merdeka artinya bebas dari segala belenggu dan kekuasaan dari pihak lain, bebas dari perhambaan, penjajahan, berdiri sendiri, tidak terikat, tidak bergantung pada pihak tertentu, serta leluasa  dapat berbuat sekehendak hatinya. 

Kebalikan dari merdeka adalah penindasan, ketidakadilan, intimidasi, dan merendahkan martabat. Akibat dari penindasan ini akan tercipta keterbelakangan dalam berbagai hal. Secara mental, ekonomi, pendidikan, sosial, serta martabat individu dan masyarakat. 

Islam diturunkan di muka bumi memiliki karakter untuk memperbaiki akhlak manusia. Membimbing agar menjadi manusia yang penuh kasih penuh sayang, berlaku adil, dan saling tolong-menolong dalam kebaikan. Membebaskan manusia dari sifat-sifat menang sendiri, takabur, congkak, menindas, dan bertindak kesewang-wenangan.

Semangat dan karakter yang sangat indah itu menjiwai para kiai, ulama pemimpin Islam, baik laki-laki maupun perempuan. Dalam jiwa mereka terpatri semangat berjihad tatkala  melihat perilaku tidak adil dan semena-mena. 

Sikap seperti itulah yang telah diperankan oleh tokoh-tokoh Islam ketika bangsanya hidup dalam keterbelakangan dan penindasan. Mereka tampil di tengah-tengah masyarakat mengembil peran penting membebaskan masyarakat dan bangsanya dari belenggu penindasan dan penjajahan  bangsa lain. Mereka berkorban jiwa, raga, harta, keluarga, dan nyawanya dengan penuh keikhlasan tanpa pamrih mengharap penghargaan.

Dalam perjalanan sejarah panjang Nusantara sejak kerajaan Islam sampai terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia, terdapat ratusan tokoh muslim yang telah merelakan dirinya berjuang untuk meraih hidup yang merdeka dan terhormat. Agar anak, cucu, serta bangsanya kelak dapat hidup penuh harapan. Nama-nama mereka sangat harum terukir sampai saat ini. Menambah semangat bagi kita generasi penerus bangsa.

Misalnya, Raden Patah yang lahir pada 1455, pendiri Kesultanan Demak yang memerintah dari tahun 1500-1518. Selain itu, ada Sultan Hasanuddin yang lahir tahun 1631, putra Sultan Gowa ke-15. Kemudian Sultan Iskandar Muda yang lahir pada 1593 yang merupakan penguasa Kerajaan Aceh yang memerintah pada 1607–1636. Di sisi lain, ada Sultan Ageng Tirtayasa, Sultan Banten ke-6. 

Nama lainnya ialah Sultan Ali Mughayat Syah, raja pertama sekaligus pendiri Kerajaan Aceh. Dia memerintah sejak 1514 hingga wafat pada 1530. Di Yogyakarta, ada Sultan Agung Anyokrokusumo yang lahir pada 1591 dan cucu Sutawijaya (Panembahan Senopati), pendiri Kerajaan Mataram. Di Kabupaten Pasaman, Sumatra Barat, ada Tuanku Imam Bonjol yang lahir pada 1772. 

Di Yogyakarta, ada Pangeran Diponegoro yang lahir pada 11 November 1785. Ia adalah putra Sultan Hamengkubuwono Ill. Sementara dari Aceh, masih ada nama Teungku Cik Di Tiro, pahlawan nasional. Ia putra Teungku Sjech Ubaidillah. Di Ponorogo, lagir Tjokroaminoto pada 1883 yang merupakan keturunan bangsawan dan ulama. Ada pula nama KH Samanhudi dari Surakarta. Mereka adalah para raja dan bangsawan yang dalam jiwanya tercerahkan nilai-nilai Islam. 

Ada pula nama tokoh Islam yang sangat populer seperti KH Hasyim Asyari dari Jombang, KH Ahmad Dahlan di Yogyakarta. Selanjutnya di belakang mereka, menyusul nama-nama besar pejuang nasional yang dalam jiwanya terpancar semangat Islam seperti berikut ini. 

Misalnya, Ir. Soekarno. Ia presiden pertama RI. Ada pula Jenderal Soedirman yang merupakan Panglima Besar TNI. Ada pula Ir. Djoeanda yang merupakan perdana menteri dan menteri keuangan zaman awal republik. Ulama lainnya terdapat nama KH Fachrudin yang juga pahlawan nasional. Kemudian Buya Hamka, seorang ulama, pahlawan nasional, dan gerilyawan saat masa revolusi. Nama lainnya adalah KH Mas Mansoer yang merupakan ulama sekaligus negarawan. Ia merupakan anggota Badan Pengurus Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Termasuk Ki Bagus Hadikoesoemo yang juga anggota BPUPKI dan Panita Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu, ada pula Kasman Singodimejo yang merupakan ketua Komite Nasional Indonesia Pusat (cikal bakal DPR), anggota BPUPKI, dan PPKI. Ia juga jaksa agung di zaman revolusi. Nama lainnya ialah Abdul Kahar Muzakkir yang merupakan anggota Panitia Sembilan dan ikut merumuskan Pancasila. Di sisi lain, ada nama A.R. Baswedan yang merupakan salah satu diplomat pertama RI. Lainnya adalah Gatot Mangkupraja yang merupakan pelopor pembentuk tentara PETA dan Laskar Hisbullah. Selain mereka, ada nama Otto Iskandardinata yang merupakan pengusul Soekarno dan Hatta sebagai presiden dan wakil presiden, Haji Agus Salim (anggota Panitia Sembilan), dan Adam Malik (pendiri LKBN ANTARA dan wakil presiden RI). 

Peran para ulama tradisional juga sangat penting dalam memperjuangkan kemerdekaan. Nama yang sangat dikenang antara lain Abdul Halim Majalengka, KH Abdul Wahid Hasyim, KH Zainul Arifin, KH Idham Chalid, KH Zainal Musthafa, KH As’ad Syamsul Arifin, KH Abdul Wahab Chasbullah, KH Masykur, KH Syam’un, dan Usmar Ismail.

Tidak ketinggalan pula pemimpin-pemimpin muslimah yang sangat penting dalam mengantar kemerdekaan seperti nama-nama berikut. Di antaranya, Sultanah Safiatuddin sebagai pemimpin perempuan pertama di Kesultanan Aceh Darussalam. Ada pula Cut Nyak Dhien, Raden Adjeng Kartini, Opu Daeng Risaju, Rasuna Said, Laksamana Malahayati, Siti Walidah, Syekhah Hajjah Rangkayo Rahmah El Yunusiyah, dan Fatmawati Soekarno.

Nama-nama mereka terukir dalam tinta emas yang terpateri dalam jiwa segenap bangsa Indonesia. Dalam Al-Qur’an, sikap dan karakter yang sangat indah itu disebut dengan ibadurahman. Yaitu pribadi yang senantiasa rendah hati serta tawaduk, tetapi hati mereka tergerak ketika melihat ketidakadilan lalu bersama-sama masyarakatnya mengambil peran untuk berjuang melawan ketidakadilan serta keterbelakangan (QS Al-Furqan: 63-64). 

Sebagai anak bangsa, patutlah kita mempelajari lebih mendalam biografi serta perjuangan para tokoh muslim tersebut agar dapat meneladani kiprah para pejuang itu. Dapat ditiru dan diamalkan sesuai dengan tugas dan fungsi kita masing-masing dalam era Indonesia modern ini.